[cerpen]KARMA UNTUKKU

20.59.00


KARMA UNTUKKU
Aku ingin bertanya pada kalian semua, apa yang akan kalian lakukan bila suatu sore yang indah, orang yang sangat kalian sayangi, orang yang selalu menghiasi mimpi – mimpi kalian setiap malam,datang dan mengatakan “lebih baik kita putus sekarang” lalu pergi begitu saja.
Apakah kalian akan langsung menangis ataukah kalian akan mencoba memahami makna ucapannya, walau semua itu percuma saja, karena seribu tahun pun kata “putus” selalu bermakna sama.
Kemudian setelah kalian sadar  hanya ada satu makna dari ucapannya, apakah yang kalian lakukan, tertawakah?, seolah semua itu hanya lelucon lucu, dari orang yang kalian tahu tidak pernah suka bercanda, atau kalian akan memutuskan untuk menjerit sekeras kerasnya, agar para merpati yang ada di taman lambang perdamaian itu tahu kalau hatimu sedang tidak damai, atau mungkin kalian akan memilih untuk diam meresapi alam, merasakan angin sore yang menusuk – nusuk jantung, sinar  senja yang membakar kulit.
Ataukah kalian akan lari secepatnya, melewati kecepatan cahaya meninggalkan semuanya, seraya berharap kalau nanti berhenti diujung samudra semua akan kembali seperti semula, ataukah diam saja?, duduk lesu tidak bedaya seraya berharap dia akan kembali dengan cintanya, lalu berkata “april mop”, padahal kalian tahu ini bulan February bulan penuh cinta dan bukan bulan lelucon.
Aku masih saja membatu sejak ke pergiannya, dia datang begitu cepat, bicara singkat dan berlalu, seakan tidak memerlukan jawabanku. Dia datang hanya menjatuhkan vonisnya, vonis yang tidak bisa digangu gugat. Dia pergi begitu saja  tanpa peduli bagaimana aku harus menjalani semuanya sesudahnya
Katakan apa yang akan kalian perbuat setelah kalian ada di kamar yang di penuhi ratusan gambar dirinya. Apakah kalian akan menangisi dia seraya  berharap handphone yang kalian pegang akan bedering, menampilkan namanya di layar, ataukah kalian akan meneleponnya setiap detik berharap dia sudi mengangkatnya. Aku yang selalu merindukan suaranya, kini akan mati bila tidak mendengarnya. Walau kini setelah ribuan kali kau menelonnya, dia masih saja tidak mengangkatnya bahkan kau tidak lelah untuk terus menelponya. Seraya berharap kalau dia tidak mengangkatnya, paling tidak dia akan marah dan memakimu. Kalau hal itu terjadi aku bahagia karena, Toh akan sama saja, aku bisa mendengar suaranya. Kini aku hanya menelpon mailbox. Dia mematikan handphonenya.
Jangan berharap aku akan terlelap malam ini, walau aku sangat ingin mata ini terpejam, agar saat aku terbangun, semua ini hanya sebuah mimpi buruk. Tapi aku tidak bisa sepanjang malam ini, aku hanya diam membisu dan menangis. Aku tidak bisa dan tidak ingin tidur, karena aku takut angga akan menelepon saat aku terlelap. Tidak aku akan bangun terus.
Sore kemarin pangeran impianmu mengajakmu putus, apakah salah kalau kalian memutuskan untuk tidak pergi kesekolah dan memilih menghabiskan air matamu seharian di dalam kamar, hanya menangis, tidak makan ataupun minum.
Siapa yang peduli pada sekolah, pada ruang kelas yang pengap, pada tawa renyah teman – teman sekelasmu, yang sudah lama membencimu. Tidak mengangapmu ada dalam kelas, dan mereka mengecapmu “cewek  tidak tahu terima kasih”
Hanya amarah ayahku yang bisa membuatku bermalas – malasan pergi kesekolah, aku benar - benar merasa sangat tersiksa, angin pagi menghantam tubuhku dengan  keras, bahkan debu – debu halus dijalanan menusuk hatimu dengan tajam.
Semua orang disekolah menatapku, aku tidak tahu tatapan apa itu. Kurasa mereka tidak merasa kasihan padaku, walau tampak jelas mataku bengkak karena banyak menangis. Walau juga sangat jelas kalau angga berhianat padaku, dia sudah mengandeng clara, gadis cantik yang baru saja pindah seminggu yang lalu.
Aku baru saja tiga hari tidak masuk sekolah dan dia juga baru saja memutuskanmu. Kini dia sudah mengandeng wanita lain, clara gadis pindahan sialan itu. Tapi kenapa aku tidak menerima tatapan iba, kasihan dari semua orang di sekolah ini.
Aku teringat kejadian setengah tahun yang lalu, kala itu ada seorang gadis yang lembut hatinya, terluka dan sedih sepertiku. Laki – laki yang menghancurkan hatinya pun sama denganku. Angga pravanca, ya laki – laki itu juga menghancurkan hati sahabat baikku, sahabat yang sangat menyayangiku, yang selalu melindungiku, menganggapku saudara sendiri, sahabat yang selalu mengajariku matematika, sahabat yang selalu mengalah untukku dan yang selalu mengerti kemauanku, sahabat baik yang selalu memberi tidak pernah  meminta. Hatiku semakin hancur mengingat semua itu.  Karena gadis manja yang merebut angga dari tangan winda kala itu bukan clara, belum ada clara kala itu. Gadis sadis yang bergelayut manja penuh kesombongan di samping angga adalah aku, cantika mariana, sahabat baiknya.
kali ini dunia berputar, tuhan menenmpatkanku di posisi winda sahabatku, oh apakah aku masih pantas memangilnya sahabat. Dulu aku memaksa angga untuk datang kerumah winda dan memutuskannya.
“bilang putus dan langsung pergi, tidak usah lama – lama disana!“ kataku, menunggu di dalam mobil yang terpakir di sebelah rumah winda. Hari itu aku menyuruh angga memutuskan winda. Kini kejadiannya sama denganku, angga datang memutuskanku dengan cepat. Satu pertanyaan yang menusuk jantungku, “bagaimana reaksi winda kala itu, apakah sama denganku, ku kira akan sama, karena aku tahu, angga adalah pacar pertama winda, dan aku juga sangat tahu, winda begitu meyukai angga
Aku merasa kasihan melihat orang disekitarku, teman – teman sekolahku, mereka sangat bimbang menentukan sikap untukku, haruskah mereka prihatin melihatku yang sangat terpuruk, atau mereka harus bersyukur akhrinya balasan itu datang, akhrinya aku merasakan, apa yang dulu di rasakan winda, gadis yang sangat mereka sayangi.
 “rasakan kau tik” kata beberapa orang
“kini kau tahu bagaimana winda dulu” kata yang lain tidak kalah sengit
“akhrinya doaku selama ini terkabul” kata sebagian yang lain. Walau ada beberapa yang diam, tapi dari tatapan mereka aku sadar, sangat sadar mereka suka aku begini, terpuruk. Hampir tidak ada yang kasihan padaku¸dan kurasa aku pantas mendapatkannya.
Ya dulu aku tidak peduli akan apapun, angga adalah milikku, aku yang pertama bertemu dengannya di ruang kepala sekolah, saat itu dia murid baru, dan aku untuk kesekian kalinya mendapat teguran kepala sekolah karena membolos. Aku yang pertama melihatnya dan jatuh cinta padanya, bukan winda atau gadis lainnya. jadi aku yang berhak memiliki angga.
Aku harus menghadiri karantina pemilihan model, sebulan lebih aku tidak masuk sekolah. Saat kembali aku menemukan sebuah keyataan pahit untukku dan manis untuk sahabatku. Angga jadian dengan winda.
Aku sangat sedih sekali, aku murung sepanjang hari, semua orang menyangka aku sedih karena gagal dalam lomba yang sangat kuinginkan itu. Tapi bukan, aku sedih melihat cowok yang membuyarkan konsentrasiku dilomba itu jadian dengan orang lain, walau orang itu sabahat baikku, yang selalu mengerti aku.
Semua orang sependapat mereka pasangan yang sangat serasi, angga yang tampan dengan winda yang pintar luar bisa, tapi bagiku mereka sangat tidak cocok, karena hanya aku yang pantas dengan angga. Di belahan dunia manapun atlet basket sekolah harus punya pacar ketua team cheerleaders sepertiku. Bukan juara olimpiade matematika seperti winda, walau jujur kuakui winda jauh dari jelek, dia gadis manis yang mudah sekali terseyum.
Sudah aku tidak bisa tinggal diam, berbagai cara kulakukan, berbagai strategi kujalankan, dan banyak cara kotor kugunakan, untuk merebut pangeran impianku. Aku memang selalu iri dengan semua yang dipunyai winda, dia gadis yang sempurna, kecerdasaan yang sempurna, saudara yang menyayanginya, orang tua yang perhatian padanya. jadi kurasa tidak salah kalau aku mendapat satu kebahagiaan, yaitu memiliki angga, toh winda sudah memiliki segalanya.
Rencanaku berhasil, mereka akhrinya putus, tentu saja karena aku. Sahabat baiknya. Sahabat yang ditelponnya berkali – kali untuk mengadu kalau pacarnya memutuskannya sore tadi, tentu saja tidak kuangkat, karena malam itu aku sedang berpesta, karena berhasil merebut pacar sahabat baikku.
“Tega benar kau ini tik, kurang baik apa winda padamu, segalanya selalu winda berikan padamu” sebagian orang berkata itu padaku, saat mereka melihatku menghianati winda, dan mengandeng angga disekolah.
“Bukan salah winda, dia kan tidak tahu kalau kau naksir angga” kata sebagian lainnya, tentu saja tidak ada yang membenarkan tindakanku.
Aku tidak peduli, sungguh tidak peduli,  kalau kau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan, buat apa kau peduli pada hal lainnya. aku berhak mendapat angga, aku yang menemukannya duluan, winda sudah terlalu sempurna dengan banyak kelebihanya.
Aku selalu menghindar memandang winda, dalam hatiku yang terdalam sungguh aku tidak sanggup memandangnya. pernah sekali aku beradu pandang tidak sengaja dengan winda di kantin kala itu, gadis penyayang itu, seakan berharap ini semua hanya khayalan, dari matanya aku bisa melihat dia tidak marah padaku¸dia tidak membenciku, dia masih mengangapku sahabat. Tapi aku tidak bisa bersamanya lagi, angga tidak akan kubiarkan dekat dengan winda, dan alasan lain adalah semua orang melarangku berada dekat dengan winda, aku bagai virus ganas baginya.
Winda meninggalkan Indonesia dan memilih meneruskan smunya diaustralia, mungkin dia sudah tidak sanggup melihat pemandangan mesraku dengan angga. Aku harusnya bahagia, penggangu itu pergi, tapi hatiku selalu murung setelah itu, rasanya ada bagian yang hilang dari diriku.
Winda sungguh gadis  yang luar biasa, dia walau tidak pernah pulang ke Indonesia, aku menyangka dia pasti sibuk disana, anak sepintar dia tentu akan sangat sibuk dengan berbagai penelitian. tapi dia masih sempat memikirkanku, ini semua hanya bisa di lakukan orang seperti winda, dia bahkan sering mengirimiku berbagai kartu cantik dari Australia seperti biasa, sejak berteman denganku, sejak winda tahu aku selalu merasa kesepian, dia sering mengirimiku kartu ucapan lucu lewat pos untuk menghiburku. Dan kini setelah penghianatanku, dia masih melakukan itu semua. Aku hanya membuka kartu pertamanya saja, sebuah ucapan semoga aku berbahagia, selanjudnya kartu – kartu itu tidak sanggup aku buka, hanya aku tumpuk di sudut ruangan.
Karmakah ini semua, aku merebut angga dari tangan winda sahabat baikku, yang kini memilih sekolah ke Australia meninggalkan cintanya dan sabahatnya yang sudah berhianat. tapi semua ini bukan salahku, dia begitu tampan untuk tidak dimiliki dan sekali lagi, aku duluan yang menemukannya.
Gadis itu, gadis sok kecakepan itu, dulu sama denganku. Tidak peduli walau ada hati yang terluka, karena sikapnya, tapi gadis itu masih baik, karena dia bukan sahabatku, dia tidak seperti aku kepada winda.
Sekarang cepat katakan padaku, apa yang harus aku lakukan, aku sudah lelah dan tidak sanggup lagi dengan semua ini.  Jangan sarankan aku seperti winda sekolah di luar negeri, aku bukan winda yang memiliki kecerdasan luar biasa. Aku hanya seorang  gadis yang mati – matian berdiet agar memiliki tubuh indah, gadis yang harus rajin kesalon untuk terlihat cantik, dan harus bermake up tebal agar terlihat menarik. Aku bukan winda gadis cerdas, yang hanya perlu berbedak tipis sudah terlihat sangat cantik dan menarik.
Semua orang disekitarku, bahkan orang tuaku mengagapku gila, bahkan mereka memasukanku kesebuah rumah sakit jiwa, aku sadar, aku tidak gila, aku hanya tidak sanggup terhadap semuannya.
Sudah aku akan memilih jalanku sendiri, untuk menghentikan semua ini, aku harus pergi tiang itu sudah menungguku. Hanya sebuah surat yang kutinggalkan, bukan untuk kedua orang tuaku atau lainnya, sebuah surat untuk winda sabahatku. Sebuah permintaan maaf, sebelum aku pergi meninggalkan dunia ini.
           

You Might Also Like

0 fans bilang

Like us on Facebook

Flickr Images

Subscribe